Kilau Creations

5 Kesalahan Branding UMKM yang Sering Terjadi (dan Cara Memperbaikinya)

Banyak UMKM yang sudah punya produk bagus, tapi ternyata masih kesulitan menarik perhatian pasar. Salah satu penyebab utamanya ada pada branding yang belum maksimal. Artikel ini membahas beberapa kesalahan umum yang sering dilakukan UMKM dalam membangun branding, sekaligus cara sederhana untuk memperbaikinya.

Branding adalah salah satu kunci penting bagi sebuah bisnis, terutama UMKM yang sedang berusaha dikenal lebih luas. Sayangnya, tidak sedikit pemilik usaha yang masih menganggap branding sekadar urusan logo atau desain semata. Padahal, branding menyangkut bagaimana bisnis tampil, berkomunikasi, dan membangun kepercayaan dengan audiens. Akibatnya, banyak UMKM yang akhirnya kesulitan menonjol di tengah persaingan yang semakin ketat.

Kesalahan pertama yang sering terjadi adalah identitas visual yang tidak konsisten. Misalnya, penggunaan logo yang berbeda-beda, warna yang berubah setiap kali posting, atau gaya desain yang tidak seragam. Hal ini membuat audiens bingung dan sulit mengingat brand. Dengan menjaga konsistensi visual melalui panduan sederhana, bisnis akan lebih mudah diingat. Selain itu, gaya komunikasi yang tidak jelas juga menjadi masalah. Ada brand yang kadang terdengar formal, lalu tiba-tiba sangat santai. Ketidakjelasan ini membuat audiens sulit merasa dekat. Menentukan gaya bahasa sesuai target audiens adalah langkah penting untuk membangun kedekatan.

Kesalahan lain yang tak kalah sering adalah membuat konten tanpa arah. Banyak bisnis merasa cukup asal posting tiap hari, padahal tanpa strategi, konten justru tidak berdampak signifikan. Menyusun kalender konten sederhana bisa membantu agar pesan lebih terarah dan konsisten. Tidak kalah penting, banyak UMKM juga abai pada evaluasi performa. Padahal, data dari insight media sosial bisa jadi acuan berharga untuk melihat apa yang berhasil dan apa yang perlu diperbaiki. Tanpa evaluasi, bisnis akan terus mengulang pola yang sama tanpa hasil yang lebih baik.

Terakhir, storytelling yang lemah sering membuat brand terasa kaku dan membosankan. Padahal, orang lebih mudah terhubung lewat cerita dibanding angka atau promosi semata. Cerita tentang asal-usul brand, nilai-nilai yang dipegang, hingga proses di balik layar bisa menjadi cara ampuh membangun ikatan emosional dengan audiens.

Dengan menghindari kesalahan-kesalahan di atas, UMKM bisa tampil lebih profesional, dipercaya, dan mudah diingat. Branding yang kuat bukan hanya soal visual yang menarik, tapi bagaimana sebuah bisnis konsisten membangun citra dan cerita yang melekat di hati pelanggan.

Recent Post